Filled Under:
Artikel
Cerpen "Kisah Kasih di Bangku Sekolah"
KISAH KASIH DI Bangku SEKOLAH
Created By Rominar Ulini
M
|
inar adalah murid yang cerdas,
tetapi sayangnya dia malas belajar. Ia siswi kelas XI IPA di SMA 14 Batam.
Sekolah favorit anak-anak daerah Sengkuang dan Batu Merah. Ia masuk jurusan IPA
bersama dengan teman sekelasnya pada waktu kelas X. Sebelum itu mereka saling
menanyakan satu dengan yang lain mengenai jurusan yang mereka pilih. “Nar kamu
nanti masuk jurusan apa? IPA atau IPS?” tanya dina teman sekelasnya. “Aku sih
maunya jurusan IPA, kan kamu tahu din kalau aku suka pelajaran kalkulasi.” jawab
Minar dengan yakin. “Oh iya aku lupa, biasa dah tua.” Cerenges dina. “O iyaa
kalau kamu maunya masuk jurusan IPA atau IPS? tapi kalau saran aku bagusnya
masuk IPA aja. Karena enak lho masuk IPA itu. Untuk lanjut pun lebih mudah.”
jelas Minar. “Aku juga berpikir gitu nar.” kata dina. “Ya ampuun ga nyangka ya
kita sehati, cucook deh” celoteh Minar. Dina pun tertawa melihat tingkah Minar
yang cerewet dan suka memotong-motong pembicaraan orang lain. Dina sudah tidak
heran dengan sikap temannya yang satu itu. Walaupun begitu mereka sangat akrab
dan dekat.
***
Pagi
yang sangat cerah, Minar pun pergi ke sekolah dengan ceria. Pagi ini ia bangun
pagi-pagi, beda dengan hari-hari biasanya, yang selalu kesiangan. Sebelum pergi
ke sekolah ia sarapan roti bakar di tambah susu rasa cokelat yang telah di buatnya
sebelum mandi. “hmm, nyamii...!!” Minar merasakan roti dan susu dengan
nikmatnya. Hari ini ia bangun pagi karena ia akan memasuki kelas barunya. Kelas
jurusan IPA yang akan semakin banyak saingan untuk dapat meraih kesuksesan
baginya. Ia sangat senang akhirnya ia dapat diterima masuk jurusan IPA,
walaupun sudah menyangka sebelumnya, tapi ia belum terlalu yakin. Tapi sekarang
ia sudah yakin dan sah menjadi anak IPA. Jurusan yang banyak disegani banyak
orang, jurusan yang banyak disukai oleh
para juara kelas, jurusan yang menjadi incaran murid-murid yang suka pelajaran
kalkulasi. Mungkin ini adalah suatu anugrah dari Tuhan, bahwa Minar harus
serius belajar. Karena dengan masuknya ia di jurusan IPA, membuatnya harus bisa
lebih dari kakaknya. Kakaknya dulu juga masuk jurusan IPA di sekolah yang
berbeda, dan pernah meraih juara umum di sekolah. Oleh sebab itu Minar ingin
menjadi seperti kakaknya bahkan bisa lebih darinya. Sebenarnya Minar siswi yang cerdas, tetapi
karena lingkungan dan pengaruh dari teman-temannya terkadang membuatnya malas
untuk belajar.
Pagi
itu ia diantar oleh seorang abangnya yang kebetulan juga ingin berangkat ke
sekolah. “bang, aku nebeng ya. Abang kan mau ke sekolah aku pun begitu bang,
kita bareng ya, ya,ya,ya,”, Minar memohon. “ baiklah, ayo naik, aku sudah telat
soalnya. Kalau kamu enak dekat, aku jauh ni sekolahnya.” ujar abangnya Minar. “
iya deh!!” kata Minar sambil menaiki motor.
Minar
sampai di sekolah sebelum bel berbunyi. Ia mendapati teman-temannya di kelas
lamanya. Minar menjumpai mereka sedang asyik berbicara. Ada yang menggosip
tentang artis korea atau film korea, tentang jurusan , ada juga tentang cowok
gebetan mereka. Itulah situasi kelas di pagi hari. Minar langsung menyapa
temna-temannya. “ hai teman-teman”, sapa Minar sambil melambaikan tangannya. Minar
emang orang yang sedikit lebai dan agak narsis. “sok cantik kali si Minar ini,
sok imut,” ujar salah satu temannya. “hahahaha,
emang aku cantik dan imut kok, baru sadar ya?? Makanya beli tu majalah sekolah.
Ketinggalan gosip sih lo. Aku kan cewek paling cantik di SMA ini. Cewek idaman
para lelaki, wkwkwkwkwk.“ canda Minar sambil tertawa terbahak-bahak. “Sejak
kapan sekolah kita punya majalah?? lagian kalau ada nar, lo itu cewek paling
cantik iya, cantik jidat lo iya juga nar, hahahaha....” ejek salah seorang
temannya Minar. “Kurang asem lo.” Minar berjalan masuk ke dalam kelas. “Iya aku
kan emang manis, makanya asamnya kurang hahaha....” balas temannya dengan tak mau kalah. “Huuhhhh!!!
Sabeeetttttttt..”teriak Minar dengan geram dan menghampiri Sabet . “Sabet,
lucuu banget siiihhh!!” sambil mencubit pipi elisabet. “Minaaararaaararrrrr”
teriak Elisabet.
Bel sudah
berbunyi, segera para siswa berbaris di lapangan untuk mendengarkan pengumuman
yang akan disampaikan oleh bu Nely. Walaupun bel sudah terdengar, masih saja
teman-teman di kelas Minar ada yang berbicara dan tidak menghiraukan bel yang
telah dibunyikan. Makanya tak jarang bel sekolah di bunyikan dengan lama sampai
para siswa sadar bahwa bel sudah berbunyi yang menandakan tanda masuk kelas
atau adanya pengumuman yang akan di umumkan. Bu Nely teriak-teriak menyuruh
untuk berbaris di lapangan agar cepat turun dan berbaris sehingga waktu tidak
berlangsung lebih lama. Bu Nely adalah seorang guru SMA 14 bagian kesiswaan.
Jadi, segalanya tentang siswa akan berhubungan dengan ibu guru yang mengajar
mata pelajaran bahasa inggris ini. Bu Nely mengumumkan kelas yang akan dipakai
oleh para siswa sesuai dengan kelas yang sudah di tentukan sebelumnya. Minar
dan teman-temannya langsung menuju kelas barunya, yaitu kelas XI IPA. Minar
menemukan kelas yang sudah berisi teman-teman barunya. Senyuman baru, teman
baru tetapi wajah yang tak asing baginya. Minar memilih tempat duduk di barisan
pertama dekat dengan guru. Posisi ini ia ambil agar ia bisa melihat tulisan di
depan papan tulis dengan jelas dan lebih fokus belajar. Di belakangnya duduk
seorang gadis kecil, berambut panjang, wajahnya manis. Minar menyapanya “ Hei,
masuk kelas IPA juga ya,” tanya Minar basa-basi. Padahal sudah tau ia memasuki
kelas XI IPA masih juga di tanyakan. Walaupun tidak penting itulah cara Minar
memulai perkenalannya dengan teman barunya. “Iya, kalau boleh tahu kamu siapa
ya??” tanya teman barunya itu. “Aku manusia dong, hahaha..” jawab Minar dengan
tidak serius. “Oh aku kira hantu di siang bolong hahahaha...” ujarnya sambil
tertawa kecil. Ternyata teman barunya ini bisa di ajak bercanda juga, walaupun Minar
tidak menyangka sebelumnya. “Oh iya namamu siapa?” tanya teman barunya itu. “Aku
Rominar, panggil saja dengan Minar. Kalau kamu siapa?” jawabnya dengan
senyuman. “Namaku Wilsa, cewek terimut, hahaha.....” sebut Wilsa sambil tertawa
menahan kenarsisannya. Mereka pun mulai akrab. Wilsa teman barunya Minar, orang
yang narsis juga, tak kalah dengan Minar yang juga seorang yang narsis. Mereka
adalah dua orang yang sama-sama narsis di kelas. Dan di samping Wilsa adalah
tempat duduk Dea. Dea adalah teman SMP Minar, apalagi mereka mempunyai rumah
yang berdekatan oleh sebab itu Minar mengenalnya dan tak perlu adanya salam
perkenalan. Tak lama Minar berbincang dengan Wilsa salah seorang guru masuk ke kelas.
Guru bertubuh kecil tapi cantik, care dengan banyak murid dan suka membuat lucu
sehingga murid menjadi lebih tertarik untuk dekat dengannya. Ia adalah seorang
guru bahasa indonesia, namanya Bu Santi. Bu Santi masuk denagn wajah yang ceria
dan bersemangat dan menyapa kami.“Selamat pagi anak-anak.” sapa Bu Santi. “Pagi
ibu.” jawab para murid. “Ya, hari ini adalah hari perkenalan bagi kita, sebelumnya
sudah tahu kan nama saya.” tanya bu Santi dengan suara kerasnya. Ada yang
mengatakan sudah dan juga yang belum. Minar berpikir bahwa yang mengatakan
belum hanyalah seseorang yang pura-pura tidak tahu padahal sebenarnya ia tahu
nama bu Santi. “Okelah kalau begitu, nama saya bu Santi.”kata bu Santi. “Panjangnya
sipa ibu” tanya salah seorang murid. “Bu Saaaannnnttiiiiiii.. hahahaha” bu
santi menjawab sambil tertawa dengan semangatnya.”Untuk apa kalian tahu nama
panjang saya, memangnya kalian mau panggil saya dengan nama panjang, bu Santi
saja kalian sudah susah, gimana kalau panggil nama saya yang panjang.” celoteh
bu Santi. Bu santi adalah guru yang humoris, dalam proses belajar pun begitu.
Ia tidak mudah marah walaupun ada murid yang menghina dan mengejeknya jika
sedang bercanda. Ia hanya membalas dengan senyuman dan terkadang membalas
dengan candaan. “Sudah-sudah!!! sekarang kita serius ya. Pertama-tama saya
mengucapkan selamat kepada kalian yang sudah masuk di kelas XI IPA ini. Kalian
adalah orang-orang pilihan. Dari lima kelas kalian yang dipilih untuk masuk
kelas IPA ini. Kami sudah rapat dengan kepala sekolah. Dan inilah hasilnya.
Inilah sekarang orang-orang yang akan kami banggakan.” Jelas bu santi dengan
panjangnya. Kami mendengarkan dengan baik apa yang bu Santi jelaskan. Bu Santi
juga memotivasi kami untuk rajin belajar untuk bisa lulus ujian nasional mendatang.
***
Hari
berganti hari, bulan berganti bulan. Dan Minar semakin akrab dengan teman-teman
sekelasnya. Minar berteman dengan Wilsa, Beti, Dea dan Dewi. Mereka dekat
tempat duduknya dengan Minar. Di sekolah Minar sedang belajar dengan
teman-temannya. Tak lama kemudian bel berbunyi tanda proses belajar sudah
selesai dan saatnya untuk istirahat. “Nar ke kantin yuk laper ni.” ajak beti.
“Iya aku juga laper ni. Teman-teman ke kantin yuk.” ajak Minar dengan temannya
yang lain. ”Ayuk” Dea menjawab. “Kalian mau jajan apa woi??” tanya Minar. “Aku
mau beli nasi lah” sahut Wilsa. “eh aku juga.” tambah Dewi. “Tapi nanti temenin
aku beli bakso ya. Soalnya tadi aku sudah makan dari rumah. Jadi tak terlalu
lapar. ” kata Beti dengan memohon. “Pantesan!!” jawab Minar. “Oh ya udah kalau
gitu kita beli nasi dulu setelah itu beli bakso ya.” perintah Dea. “Ok deh!!”
Sahut beti. Setelah siap membeli apa yang mereka inginkan mereka langsung
menuju ke kelas. Mereka merapatkan meja dan kursi agar mereka bisa makan
bersama dengan saling berpandangan satu dengan yang lainnya. “Sebelumnya kita
berdoa menurut kepercayaan masing-masing ya woi. Berdoa mulai..... selesai.” cibir
Beti. “Teman-teman kalian ada yang mau?? Mari kita berbagi hahaha.....” canda Minar
dengan tawanya yang kecil. “Nar aku minta ya,” beti memohon. “Gak boleh!!”
ketus Minar. “Tadi boleh katanya.” Keluh beti yang sedikit tampak murung. “Ya
elah becanda doang bet.” Jawab Minar dengan senyuman. ”Ahhh mbak ini.” Ujar
beti. Mbak adalah sebutan untuk Minar, karena Beti merasa Minar lebih tua
darinya sehingga ia memanggilnya denagn sebutan mbak. “Nasi bude hari ini kenapa kurang enak ya, tempenya terlalu kering.”
keluh Minar. “Masa sih coba aku rasa,” pinta Beti pada Minar. “Rasa atau Rasa
ni hehehe” sebut Minar dengan seyuman. Beti hanya tersenyum saja. “Iya
ya.. yasudalah mbak makan saja kan gak
mungkin di buang.” “Iya bet” ujar Minar. Setelah mereka selesai makan bel
berbunyi tanda istirahat selesai. Mereka harus memasuki kelas karena pelajaran
akan segera di mulai. “Selamat pagi anak-anak” sapa bu Tati. Bu Tati adalah
guru fisika satu-satunya di SMA 14. “Hari ini kita belajar tentang termodinamika.
Buka bukunya halaman tiga belas.” Perintah bu Tati. Bu tati langsung membahas
tentang pelajaran termodinamika, setelah itu ia memberi kami soal untuk di
jawab agar bu Tati mengetahui sampai dimana kemampuan kami menangkap apa yang
ibu jelasin barusan. “Kalian kerjakan halaman lima belas ya, jika kalian tidak
mengerti kalian bisa bertanya.” Jelas bu Tati. Minar dan teman-temannya
langsung membentuk sebuah kelompok untuk mengerjakan bersama. Minar mempunyai
ide. “Agar lebih cepat bagaimana kalau kita satu orang dua soal-dua soal.” “Yah bolehlah.” “Kan kita lima orang jadi pas pembagiannya
untuk sepuluh soal ini.” Jelas Minar. Setelah mereka menyelesaikan soal, mereka
mengumpulkannya dengan yakin dan setelah itu mereka mulai berbincang-bincang.
Beti mengajak kami untuk berenang pulang sekolah ini. Dan kami menyetujui akan
hal itu. Setelah pulang sekolah kami pun pergi untuk berenang bersama untuk
menghilangkan stress yang ada.
***
Setelah
naik kelas XII, Minar dan teman-temannya masih sekelas, karena kelas IPA hanya
satu kelas. Minar dan teman-temannya yang lain mendapat nilai yang berbeda-beda.
Ada yang nilainya naik dan ada juga yang turun. Ada juga yang kecewa walaupun
mereka sudah belajar dengan sungguh-sungguh. Minar juga kecewa dengan nilai
yang ia raih. Ia cukup menyesal selama ini ia tidak belajar dengan
sungguh-sungguh. Tetapi nilainya ini ia jadikan sebagai motivasi untuk tahun berikutnya.
Ia pulang ke rumah dengan wajah yang lesu dan badan yang tidak bersemangat,
seperti orang yang tidak makan selama sebulan seakan tak ada harapan lagi dalam
hidupnya. Sedangkan Dewi dan Dea meraih ranking
masuk sepuluh besar. Mereka cukup senang dengan hasil yang mereka dapatkan saai
itu. Kami berharap ini akan terus meningkat. Tidak hanya untuk Dea dan Dewi
tetapi Minar, Beti dan Wilsa. Setelah itu kami sering belajar bersama, kami membahas
pelajaran yang tidak kami ketahui di sekolah. Kami mengajari satu dengan yang
lainnya. Jika kami tidak tahu, kami meminta penjelasan kepada guru yang
bersangkutan. Begitulah hari-hari yang kami jalani.
Hari
minggu adalah hari libur untuk Minar bersama teman-temannya. Dimana mereka bisa
berhenti sejenak untuk belajar dan menyegarkan pikiran. Waktu itu mereka
berencana untuk pergi membeli buku di BCS. Buku yang akan mereka beli adalah
buku untuk UN. Mereka membeli buku yang sama agar mereka bisa belajar bersama.
Dan menyelesaikannya bersama. Setelah mereka selesai memilih dan
membongkar-bongkar rak buku di gramedia mereka segera membayarnya dan pergi
keluar dari toko tersebut. Mereka pergi ke lantai atas untuk melihat film yang
sedang di putar dan yang akan di datang
di bioskop. Lalu mereka melihat ada tempat untuk karaoke. Mereka berbincang sejenak
sebelum masuk kesana. Dea berkata “bagaiamana kalau kita karaokean.” tanya Dea.
“Boleh deh” “Setuju ya kita karaokean.” Tanya Dea meyakinkan. Mereka pun masuk
dan memesan ruangan. Mereka di antar oleh pihak petugas menuju ke dalam ruangan.
Mereka pun masuk dan langsung mengotak-atik layar yang ada di depan. Tetapi tak
ada perubahan yang terjadi. Televisi yang tadi hitam masih saja hitam gelap.
Kami pun satu per satu mencoba untuk menyalakannya. Tetapi tak ada juga yang
bisa menghidupkannya. Minar mengambil keputusan untuk bertanya kepada petugas. Karena
kalau tidak begitu mereka akan lama di dalam ruangan tanpa ada hasil. Karena
dengan bertanya mereka akan menemukan jawabannya. Minar dan Beti mencoba
memberanikan diri untuk bertanya kepada petugas. Petugas langsung menuju ke
ruangan mereka dan menyalakan layar yang ada di depan. Mereka juga bertanya
mnegenai bagaimana cara memutar lagu.
Setelah itu petugas keluar. Mereka pun memulai karokean. Lagu yang mereka putar
sesuai dengan lagu favorit masing-masing. Mereka sangat senang hari itu,
tak lupa mereka narsis-narsisan untuk berfoto. Mengambil moment bahagia untuk dapat dikenang. Waktu menunjukan bahwa mereka
selesai untuk karokean. Sebelum pulang mereka meminta maaf satu dengan yang
lainnya, agar ujian yang mereka tempuh bersama
bisa menjadi lebih lancar. Mereka bahagia hari itu. Hari itu takkan
dilupakan. Dan akan selalu dikenang. Semenjak hari itu mereka semakin dekat dan
tambah akrab. Mereka saling berbagi dan saling memaafkan.
End
0 komentar:
Posting Komentar