Filled Under:
Artikel
Kisah Kasih di SMA
Di suatu sekolah yang ku anggap tempat
di mana aku bisa mengungkapkan segala ekspresi kehidupan di dalamnya, ternyata
sekolah menjadi tempat yang indah untuk menemukan cerita-cerita indah yang bisa
untuk dikenang. Selain sebagai tempat untuk menemukan segudang ilmu di sekolah
juga menjadi tempat untuk kita menemukan berbagai jenis dan sifat teman yang
kita jumpai, sesosok teman menjadi sebuah keindahan dalam menjalani kehidupan
ini, selain itu di lingkungan sekolah kita juga dapat menemui benih-benih cinta
yang akan tumbuh menjadi indah. Di sini lah ku mulai cerita itu.
Fiuhh...betapa lelahnya tubuh ini, tak
kusangka berada di tingkat 3 SMA, cukup membuat diriku sadar akan betapa
beratnya perjuangan seorang murid. Aku tak habis pikir, bagaimana dengan para
siswa yang hanya keluyuran, main, shopping, atau menjadikan sekolah sebagai
ajang ‘gaul’ saja, ya, itulah sebutan bagi para murid kebanyakan jaman
sekarang. Dengan modal beken dan harta orang tua mereka, banyak yang memandang
sebelah mata mengenai arti sekolah ini. Karena itulah, kadang aku merasa
bersyukur dilahirkan di keluarga yang sederhana. Dengan anggota keluarga yang
selalu menyayangiku, dan selalu membimbingku. Buat apa materi berlebih, jikalau
itu bukan milik kita, kita sendiri kelak yang harus mencari itu semua, tentunya
dengan jalan usaha keras, mulai sejak kini. Itulah hal yang selalu diingatkan
oleh ayahku, orang yang sangat bertanggung jawab di dalam keluargaku
“Manahan, manahan,
Manahan” lamunanku buyar ketika dikejutkan oleh suara kleson mobil yang
memberi tahu bahwa mobil ayah ku ingin segera
pergi. Meskipun enggan, kubangkitkan diriku untuk
menuju ke pintu keluar yang tak jauh dari tempatku duduk. Begitu kleson di bunyikan lagi,
cekatan aku berlari keluar untuk segera menuju tempat yang akan mengantar ku. Tak
seperti biasanya pagi ini begitu lengang, di sudut-sudut jalan maupun trotoar,
hanya sedikit kulihat orang berlalu-lalang untuk memulai aktivitas
kesehariannya. Dengan langkah kecil di sepanjang trotoar, kulangkahkan kakiku.
Setelah beberapa meter, baru aku susuri jalan setapak yang menghubungkan jalan
raya dengan sekolahku.
Ternyata bukan hanya di jalan saja yang sepi. Suasana
sekolahku pagi inipun tak seperti biasanya, baru sedikit murid-murid yang
berjalan di sepanjang lobi kelas. Entahlah, mungkin bukan hanya aku saja yang
merasa enggan di hari yang dingin ini. Sesampainya di kelas, kurebahkan diriku
di atas meja, letih rasanya tubuh kecil ini. Di kelas masih sangat sepi, hanya
ada diriku dan beberapa kawan ku. seorang kawan ku berhembus dari arah selatan, dari jendela yang berkaca, tiba’’lengan baju nya
tersangkut di sisi tralis yang dekat dengan kaca.kami pun
tertawa kecil sambil mengejeknya Lucu
juga jika mengingat hal itu semua, karena sudah banyak mangsa
yang terkena tralis tersebut.
Kita sudah hampir lulus SMA, masih saja punya sifat
kekanak-kanakan seperti dulu. Kalau kupikir-pikir, kelihatannya baru kemarin
juga aku merayakan pesta kelulusan waktu SMP, toh kini tidak terasa sebentar
lagi akan duduk di bangku perguruan tinggi. Memang, waktu begitu terasa cepat
berlalu.
Sedang asyik-asyiknya menerawang, samar-samar kudengar
suara langkah kaki orang berjalan memasuki ruang kelasku. Saat kutengok,
ternyata geres, salah seorang siswi terajin di kelasku.
“Pagi lel, tumben jam segini sudah di sekolah”.
“Ah, engga’ kok gres, biasalah gres ”, jawabku.
“ooh, pasti gara-gara Pr MTK ya”, balasnya. “Iya”, sahutku.
Tiba-tiba kudengar suara langkah orang berlari dari luar,
begitu masuk, ternyata itu adalah, teman sebangkuku. Dengan tergopoh-gopoh dia
menuju kepadaku. “lel ada Pr ya”
sahutnya.
“iya ada, ko udah bikin”kata ku, sahut nya “belum, aku pinjem ya Pr mu nanti.dengan wajah
yang tak bersalah dia masih santai saja tidak seperti siswa lain yang sibuk menulis
salinan Pr.
“oh, bilang dong dari tadi, kirain ada apa, nih”.
balasku, sambil menyodorkan buku matematikaku kepadanya. Memang nini adalah teman akrabku sejak kelas 2 dulu, aku akrab sekali dengannya, saking akrabnya,
banyak yang mengatakan kalau kami bersaudara. Kekocakannya itulah yang
membedakan ia dengan teman yang lainnya, kalaupun disuruh memilih, aku lebih
baik kehilangan dua atau tiga temanku daripada kehilangan teman seperti
dia(prrreeettt) Meski sedang serius mengerjakan PR pun, wajah kocaknya itu
senantiasa menunjukkan keramahan pada dirinya.
Ketika
bel berbunyi Pelajaran pun dimulai , tak kusangka kini aku menjadi kurang begitu
perhatian akan pelajaran yang diterangkan oleh bu eva, sekilas hanya terdengar suara khas bu santi menerangkan materi bahasa indonesi yang biasanya dapat membuat diriku tak berkedip dari
papan tulis. Pikiranku kini tak karuan, entah mengapa aku menjadi gugup duduk
di depan. Kucoba menengok teman sampingku, ternyata serik malah sedang asyik mencet hp kesayangannya itu. Dengan
mimik yang berubah-ubah, entah apa yang sedang ia pikirkan dengan benda kotak
yang begitu banyak digandrungi kalangan remaja itu di tangannya. Jam demi jam
pelajaranpun berlalu, kurasakan mataku sudah serasa ingin dipejamkan. Untung
saja pelajaran terakhir hari ini adalah sejarah, dan kebetulan hari itu buk diah, guru sejarah di kelasku berhalangan hadir. Sehingga aku
dapat mengistirahatkan pikiranku sejenak.
Tiba-tiba saja terbesit dalam pikiranku tentang dahliana, siswi baru yang kini sedang duduk di belakang tempat
dudukku. Kurasakan dia adalah anak yang pendiam, paling dia hanya menanggapi
beberapa teman yang ingin kenalan saja dengannya, selebihnya itu, tak kujumpai
ia bercakap dengan teman-teman yang lain. Jangankan dengan orang lain, denganku
yang duduk persis di depannya saja, tak terucap sepatah katapun dari lisannya.
Ah... tapi apa peduliku, nanti lama kelamaan pasti juga akan akrab dengan
sendirinya, pikirku dalam hati.
Bel berbunyi tiga kali, tanda bahwa hari pelajaran telah
usai, kukemasi buku-bukuku yang berserakan di atas meja. Aku ingin cepat sampai
rumah dan mengistirahatkan pikiranku, gumamku dalam hati. Oleh karena itu,
tawaran dari ririn yang mengajakku untuk pergi ke Grand Mall
aku tolak.
“Wan, mampir ke AVM (avava mall) yuk, aku mau nyari kaset DVD terbaru film
KOREA,” tuturnya.
“Ah...jangan sekarang Rin, lain kali aja ya, aku capek
banget nie,” tukasku cepat.
“Yauda deh, aku gak maksa kok, kalau gitu minggu depan
ya? Jangan takut, ongkos aku yang bayar kok, OK!” Lanjut Ririn
“terserah kamu aja deh Rin...,” sambungku.
“OK bro!!!,” jawab Ririn sambil nyelonong keluar kelas.
Di tengah terik matahari, aku berjalan pelan menyusuri
jalan setapak untuk sampai di jalan raya. Alangkah terkejutnya aku tatkala
sebuah motor melaju cukup kencang di sampingku, untung
aku cepat menghindar, sehingga aku tidak terserempet oleh motor yang ugal-ugalan
itu. Sempat juga aku mengumpat pada sang empunya motor, “Hei.... punya mata apa tidak sih,” teriakku. Tapi
agaknya sang pemilik motor pura” tak menghiraukannya, Fiuhh... setelah menghela nafas panjang
untuk menenangkan emosiku, ku lanjutkan perjalananku pulang ke rumah untuk
segera tidur mengobati rasa lelah tubuh ini.
Buku yang
berserakan diatas tempat tidurku belum juga dirapikan, dengan mata yang masih
enggan dibuka, kutengok jam dinding yang ada di kamarku, ternyata waktu sudah
menunjukkan pukul 19.00, rupanya aku tertidur cukup lama sesudah mandi setelah
pulang sekolah tadi. Tak kusangka niat untuk mengulang pelajaran tadi di sekolah
malah seakan cepat membiusku untuk segera tidur terlelap. Tubuhku masih enggan
untuk digerakkan, apalagi otakku untuk berpikir tentang pelajaran. Kutatap
langit-langit kamarku, aku mencoba menerawang jauh memikirkan masa depanku
kelak, begitu ingin aku membahagiakan kedua orangtuaku di kemudian hari nanti.
Tapi agaknya jadwal belajarku malam ini terganggu, setelah beberapa menit
berpikir tentang masa depanku, kini mataku yang ingin diistirahatkan kembali.
Untung saja PR buat jadwal besok, telah aku kerjakan kemarin. Kini aku
benar-benar bisa mengistirahatkan tubuh lemahku tanpa harus berpikir tentang
pelajaran lagi.
Kriiiiing...
dering jam weker di atas meja belajarku membangunkanku dari tidur malamku. Jam
sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi, saatnya memulai aktivitas kembali. Tak ada
yang spesial dengan hari ini, tetap saja seperti hari kemarin, susana kelas
yang serupa, selalu menghiasi hari-hariku sebagai seorang pelajar. Gelak tawa
MUMUL, sahabat karibku itulah yang selalu bisa membuatku tidak merasa bosan.
Bahkan sampai pulang sekolahpun tak ada peristiwa yang bisa membuatku tertarik.
Cuma, tak kusangka siang ini begitu panas sekali, andaikan aku tahu bakal
sepanas ini, pasti aku lebih memilih untuk menebeg sepeda motor kawan ku.
Bahkan saat sedang menunggu carry yang kunantipun, terasa begitu lama rasanya.
Setelah beberapa menit menanti, lega rasanya takala kulihat di kejauhan kerry “chekpong”
yang akan kutumpangi sudah terlihat. Cepat kulambaikan tanganku untuk
menghentikannya, dengan sigap aku naik angkutan tersebut.
Suka duka ku lalui
bersama kawan-kawan ku,tapi pada hitungan beberapa bulan lagi tak terasa
perpisahan akan menghampiri kami. Entah kenapa waktu begitu cepat,apakah kelak
aku bisa merasakan seperti ini lagi! Hmmmm… kurasa begitu, semoga aja tahun ini
kami akan mendapat kan kelulusan 100%.dan semoga kami bisa menjadi terang dan
garam di tengah”masyarakat
aminnnn….
aminnnn….
Haloow,, nama ku lely
richa agustina simanjuntak,aku lahir di batam,10 agustus 1994.
Hoby ku jalan-jalan+bernyanyi,cita-cita
ku ingin menjadi psikologi yang bisa mengetahui apa keinginan orang..hahahahah
Kesan dan
pesan,semoga kita lulus semua dan kelak kita semua bisa menjadi orang sukses
amiiinnn..
Jangan lupa mampir di
email q..
@Richa.lely@gmail.com
Batam
18-03-2012
0 komentar:
Posting Komentar